Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Dunia Keserakahan

Keserakahan adalah keadaan jiwa yang dikuasai hawa nafsu yanng tidak pernah mengenal rasa puas. Dalam "Sutra Syohonen" dijelaskan terdapat 36 jenis keserakahan. Dalam "Sastra Syori" diterangkan terdapat 3 jenis dan 9 jenis Dunia Keserakahan.

tidak-pernah-merasa-puas
Image by Gerd Altmann from Pixabay
Dalam tulisan ini, tidak akan dijelaskan satu persatu jenis Dunia Keserakahan itu secara rinci. Pada pokoknya keserakahan adalah hawa nafsu naluri yang tidak pernah puas terhadap materi. tidak pernah cukup akan makanan, pakaian, rumah, kendaraan, televisi, dan sebagainya. Demikian juga dalam hal waktu, tidak pernah merasa ada waktu luang.

Orang-orang yang ada dalam Dunia Keserakahan adalah orang-orang kaya yang hanya berkeinginan mencari keuntungan sebesar-besarnya untuk diri sendiri. Bisa juga politisi yang hanya mengejar pemuasan hawa nafsu akan kekuasaan, reputasi, dan keuntungan.

Orang yang berada dalam Dunia Keserakahan memiliki dasar jiwa yang tidak pernah puas. Siapapun juga, tidak terkecuali para arif bijaksana, jika tidak makan maka akan merasa lapar dan berada dalam Dunia Keserakahan. Tapi orang yang arif bijaksana bisa merasa cukup dan merasa puas.

Dunia Keserakahan adalah keadaan serakah yang menjadi-jadi. Dalam bahasa kanji, dunia keserakahan disebut Gaki. 'Ga' berarti keadaan lapar, dimana tidak ada makanan yang dapat dimakan utuk mempertahankan jiwa. 'Ki' adalah setan yang memiliki kekuatan yang lebih menyeramkan daripada manusia. 

Dalam masyarakat Jepang terdapat istilah yang mengatakan, "Mata orang yang berada dalam keserakahan tidak dapat melihat air." Hal ini menggambarkan suasana jiwa orang yang berada dalam dunia keserakahan. Orang yang merasa haus, namun tidak bisa melihat air yang ada di depan hidungnya.

Pengertian Dunia Keserakahan.


Dlam ajaran Buddha dibabarkan bahwa diantara sepuluh dunia dalam hukum Icinen Sanzen, Dunia Keserakahan adalah salah satu dari Tiga Dunia Buruk (Neraka, Keserakahan, dan Kebinatangan.)

Orang yang berada dalam dunia keserakahan jiwanya dikendalikan oleh hawa nafsu yang tidak mengenal rasa puas. Oleh karena selalu merasa hawa nafsunya tidak terpenuhi, maka orang dalam dunia keserakahan tidak pernah merasa bahagia.

Keserakahan dalam bahasa sansekerta disebut Preta. Contoh suasana jiwa keserakahan adalah Raja Yama (Preta). Oleh karena itu keserakahan disebut sebagai Preta.

Tentang wujud keserakahan, dalam "Surat Ullambana", Nichiren Daishonin membabarkan sebagai "Keserakahan adalah tidak memiliki makanan dan minuman sehingga kulitnya bagaikan burung emas yang telah dicabut bulunya. Tulangnya bagaikan batu bundar berjajar, kepalanya bagaikan bola, lehernya bagaikan jarum, perutnya bagaikan lautan besar. Mulutnya menganga lebar, tangan menengadah mengemis makanan, bagaikan lintah yang mencium bau manusia."

Ini adalah wujud ibu Maudgalyayana (salah satu murid Buddha Sakyamuni) yang terjatuh dalam dunnia keserakahan. Penampilannya yang terlihat sangat kekurangan gizi menunjukkan penderitaan yang sangat dalam. Maudgalyayana merasa sedih melihat keadaan ibunya. Ia memberikan nasi kepada ibunya. Sang ibu yang merasa sangat lapar segera memakannya dengan lahap. Namun, ketika nasi tersebut sampai d mulutnya, langsung berubah menjadi api dan membakar dirinya.

Cerita tersebut menunjukkan penderitaan dunia keserakahan dengan sangat jelas. Demikianlah keadaan kelaparan karena terbakar api hawa nafsu.

Penyebab dari seseorang terjatuh dalam dunia keserakahan adalah akibat terus menumpuk karma buruk dari sifat pelit (kendon). Kebiasaan menyimpan segala sesuatu hanya untuk diri sendiri dan pelit untuk memberikannya kepada orang lain.

Letak Dunia Keserakahan


Dalam "Surat Kanjin no Honzon" dikatakan "Keserakahan adalah kelaparan akan makanan dan minuman." Dunia keserakahan bukan berada di suatu tempat yang khusus diluar diri kita. Dunia keserakahan merupakan suasana jiwa manusia yang tidak pernah puas.

Salah satu penyebab keadaan orang-orang zaman sekarang yang tidak bahagia, adalah karena jiwanya yang sangat dikendalikan dan dipermainkan oleh keserakahan. 

Oleh karena hawa nafsu berdasarkan egoisme yang sangat membabibuta dan tidak terkontrol, maka selalu menginginkan sesuatu yang lebih. Tidak pernah puas. Jika telah mendapatkan sesuatu, langsung timbul hawa nafsu menginginkan yang lain. Jadi, hawa nafsu yang timbul, tidak pernah ada habis-habisnya.

Api hawa nafsu membakar jiwa akan berwujud sebagai hawa nafsu terhadap materi, hawa nafsu untuk memiliki, hawa nafsu untuk berkuasa, hawa nafsu terhadap reputasi, dan lainnya. 

Dari keterangan diatas kita dapat mengetahui bahwa hawa nafsu tersebut menjadi daya dorongan untuk kita bergerak dan melakukan sesuatu. Namun jika hawa nafsu ini tidak terpenuhi, maka kita akan merasa sulit dan menderita hingga menyia-nyiakan kehidupan sendiri. Bahkan merugikan orang lain. Demikianlah tragisnya suasana hidupp dunia keserakahan. 

Jika dapat mengendalikan hawa nafsu keserakahan ini dengan benar, maka akan menjadi tenaga yang produktif. Dapat menjadi kekuatan untuk mengembangkan kebudayaan dan meningkatkan taraf hidup manusia. Jika tidak bisa dikendalikan, maka akan membuat diri sendiri menderita. 

Kenyataan ini berkaitan dengan dunia lainnya seperti dunia neraka, dunia kebinatangan, dunia surga, dan lain-lain.

Bagaimana caranya mengendalikan jiwa dunia keserakahan sehingga menuju kebahagiaan ? Tidak ada jalan selain menegakkan suasana jiwa yang kuat, suci, dan tidak dikuasai oleh dunia keserakahan. Ajaran Buddha membabarkan jalan untuk dapat melaksanakannya. 
wiwid kurniawan
wiwid kurniawan Tidak ada kata terlambat untuk belajar

1 komentar untuk "Dunia Keserakahan"